Mengenal Makna Hidup

Mengenal Makna Hidup dari Cerita

Suatu malam, saya tidak bisa tidur dan memutuskan untuk melihat-lihat kembali buku-buku yang telah saya baca. Mata saya menghentikan penelusurannya pada buku berjudul Si Cacing dan Kotoran Kesayangannya karangan Ajahn Brahm. Lalu, saya memutuskan membuat tulisan berjudul Mengenal Makna Hidup dari Cerita ini.

Ajahn Brahm adalah seorang biksu. Ia lahir di London pada tahun 1951, lulus dari Cambridge University dengan gelar Sarjana Fisika Teori, dan menjadi pertapa pada usia 23 tahun. Bagaimana? Pembaca sekalian boleh-boleh saja mengganggap hal itu aneh. Lulusan Cambridge, Sarjana Fisika, malah menjadi seorang petapa.

Saya sempat bertanya-tanya, apakah pada masa ini petapa telah menjadi semacam profesi? Tentu saja jawabannya tidak. Petapa berarti orang yang menjalani kegiatan bertapa. Lalu, bertapa sendiri berarti mengasingkan diri dari keramaian dunia dengan menahan hawa nafsu untuk mendapat ketenangan batin.

Kemudian, mengapa seorang sarjana fisika memilih menjadi petapa? Silakan Anda menanyakan jawabannya kepada Ajahn Brahm sendiri. Pastinya, sebelum dan saat menjalani aktivitas bertapanya itu, beliau menjalani berbagai pergulatan dengan batinnya sendiri. Selain itu, beliau pasti telah mengenal-makna-hidup yang dijalaninya. Oleh karena itu, bukan ranah saya untuk menjelaskannya.

Lalu, apa hubungan antara Ajahn Brahm, buku Si Cacing dan Kotoran Kesayanganya, dengan mengenal makna hidup dari cerita? Karena cerita-cerita Ajahn Brahm dalam bukunya ini pernah membuat saya kembali menyukai aktivitas yang sempat membuat saya jenuh dan muak, yaitu membaca dan bercerita.

Mengenal Makna Hidup:

Kisah Masa Kecil dan Seorang Kawan yang Menjadi Saudara

Saat masih kelas 2 SD, saya selalu mendapat nilai hampir sempurna untuk mata pelajaran sejarah. Lalu, saya mengalami hal serupa ketika SMP dan SMA. Saya tidak menyadari apa penyebabnya sampai beberapa tahun kemudian saya mendapati diri saya begitu menikmati cerita dari seorang kawan saya.

Kawan saya itu seorang jurnalis. Sejak lulus kuliah, ia pindah ke Bali untuk menekuni profesinya sebagai jurnalis itu. Kami bersahabat, tetapi bisa dikatakan kami berpisah jalan saat itu tidak dengan cara yang cukup baik. Singkatnya, kami sempat mengalami kesalahpahaman satu sama lain dan ia tiba-tiba menghilang. Saya baru mengetahui alasan ia menghilang itu dari kawan saya yang lain lagi.

Beberapa tahun kemudian, ia tiba-tiba menghubungi saya dan kami berjanji untuk ngopi di suatu tempat. Terus terang saja, sepanjang perjalanan untuk menemuinya, saya memikirkan berbagai skenario dan argumen untuk membuat kawan saya itu menjadi merasa sangat bersalah. Namun, semuanya menguap begitu saja saat kami benar-benar bertemu dan menikmati segelas kopi masing-masing di tempat itu.

Saya juga tidak tahu mengapa bisa seperti itu. Akan tetapi, beberapa menit setelah basa-basi yang canggung itu, kami mulai menikmati berbagai perbincangan kami. Ia menceritakan pengalamannya saat menjadi jurnalis di pulau seberang sampai alasannya memutuskan untuk kembali ke kota tempat tinggalnya ini. Saya tidak hanya menikmati ceritanya itu, tetapi juga menaruh respect yang sangat besar atas setiap perjuangan yang ia lakukan dalam pekerjaannya itu.

Maka, hubungan kami pun tidak memiliki masalah sama sekali. Atau, kamilah yang memilih untuk tidak saling mempermasalahkannya. Sampai saat saya menulis ini, kawan saya itu kini masih konsisten di dunia jurnalistiknya. Sejak ia kembali hingga saat ini, keberadaannya dalam hidup saya telah melebihi kawan atau sahabat. Ia telah menjadi saudara bagi saya.

Kebiasaan Membaca dan Bercerita

Melalui sosok kawan saya itu, saya pun menyadari bahwa saya memang menyukai cerita. Itulah alasan mengapa saya selalu mendapat nilai bagus dalam mata pelajaran Sejarah. Saya memandang setiap buku sejarah yang saya miliki saat itu seperti buku cerita. Buku pelajaran sejarah saya saat kelas 2 SD berjudul Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa atau (PSPB). Di dalamnya, saya menemui kisah perjuangan Sultan Agung, Sultan Hasanudin, dan lain sebagainya.

Saya telah membaca buku PSPB itu sampai habis dan lebih dari satu kali selama masa libur kenaikan kelas. Oleh karena itu, saat belajar kembali di sekolah, saya hafal setiap kisah dalam buku tersebut. Saya memiliki kebiasaan yang hampir sama saat SMP dan SMA. Ketika itu, saya sering membaca novel terjemahan Trio Detektif karya Alfred Hitchcook saat SMP dan buku-buku filsafat ringan saat SMA.

Saya tidak sedang memamerkan kesukaan saya membaca di sini. Kenyataannya, saya tidak pernah mendapat peringkat satu saat sekolah dan lulus kuliah dengan predikat biasa-biasa saja. Namun, ketika kita menganggap isi teks sebagai cerita, kita akan lebih mudah untuk mengikuti alur bacaan tersebut. Lalu, tanpa sadar kita pun telah menumbuhkan kesenangan membaca dalam diri kita dan membuat kita mulai mengenal-makna-hidup.

Mengenal Makna Hidup:

Kata Mutiara Ajahn Brahm tentang Hidup

Meski demikian, menjadikan kesenangan tersebut sebagai kebiasaan bukan hal mudah. Lagi pula, kita akan membicarakan itu dalam kesempatan lain. Sebelum saya semakin melebarkan pembicaraan ini ke mana-mana selain mengenal-makna-hidup, mari kita simak kutipan berikut ini:

“Hidup adalah serangkaian cerita yang saling berjalinan, bukannya sekumpulan konsep. Itulah sebabnya kita lebih mudah menuturkan sebuah cerita ketimbang menjabarkan teori.” [Ajahn Brahm]

Ajahn Brahm menemukan kebahagiannya saat ia bertapa, menjadi petapa, hingga menjadi biksu. Itulah jalan hidupnya. Sejak menjadi biksu, ia berkeliling dunia dan menyebarkan kebahagiaannya untuk membahagiakan orang lain. Ia tidak melakukan itu dengan memberi seminar-seminar motivasi atau semacamnya, tetapi dengan bercerita.

Saya menemukan kesukaan membaca melalui persepsi cerita. Lalu, kini saya pun menyadari bahwa setiap pencapaian yang pernah saya raih bukan berdasarkan teori tertentu, melainkan melalui pengalaman. Kemudian, saya menceritakan pengalaman-pengalaman itu kepada murid-murid saya dahulu. Hasilnya, mereka tidak hanya menyimaknya, tetapi juga memiliki motivasi lebih besar untuk meraih mimpi-mimpi mereka.

Selain itu, ketika saya merasa terpuruk, saya mendapatkan motivasi untuk bangkit kembali setelah membaca atau mendengar berbagai cerita. Orang-orang terdekat saya memberi saya dorongan bukan melalui teori atau konsep yang muluk-muluk, melainkan melalui cerita sederhana yang mengandung makna luar biasa. Bahkan, dalam berbagai kitab suci agama, kita menemukan pelajaran-pelajaran berharga tentang mengenal-makna-hidup yang berbentuk cerita.

Dari Dongeng ke Kehidupan

Para orang tua menuturkan dongeng atau membacakan cerita kepada anak-anak mereka. Kita mendapat pelajaran moral melalui kisah-kisah tersebut dan menjalani kehidupan berdasarkan kisah-kisah itu. Lalu, kita melakukan hal yang sama kepada anak-anak kita. Kini, ketika menyimak kisah perjalanan seseorang dalam meraih kesuksesannya, kita pasti lebih mengingat ceritanya ketimbang fakta atau data yang ia sampaikan.

Mungkin, ada di antara pembaca sekalian yang saat ini mengalami masalah yang sangat sulit. Memang, sebuah cerita tidak dapat memberi solusi untuk mengatasi masalah tersebut. Namun, mungkin saja dengan mendengarkan atau menyimak sebuah kisah, baik nyata maupun fiktif, pembaca sekalian akan mendapatkan semangat untuk bangkit dan menghadapi masalah tersebut.

Setidaknya, pembaca bisa menceritakan masalah tersebut kepada seseorang untuk meringankan beban yang dirasakan. Atau, pembaca sekalian bisa menuliskan masalah itu ke dalam kertas atau media tulis apa pun dan membuatnya menjadi buku tentang kisah hidup anda sendiri. Mungkin saja, buku itulah yang justru menjadi solusi untuk semua masalah yang sedang Anda hadapi.

Demikianlah pembaca sekalian, kita mungkin tidak menyadari bahwa selama ini kita hidup melalui, dengan, dan menjadi bagian dari sebuah cerita. Maka, bukan hal mustahil bagi kita untuk mengenal-makna-hidup dari cerita.

Saya mohon maaf jika ada pembaca yang mengharapkan ulasan mengenai Ajahn Brahm atau buku-bukunya. Anda tidak akan menemukannya karena saya memang tidak sedang mengulas hal tersebut. Akan tetapi, saya masih akan menggunakan bahan dari buku-buku Ajahn Brahm dalam beberapa tulisan di fragmen motivasi ini.

Selamat menikmati dan salam dari Rimbapena.

How useful was this post?

Click on a star to rate it!

Average rating / 5. Vote count:

No votes so far! Be the first to rate this post.

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *